Monday 20 September 2010

ketika saya menjadi bencana

seharusnya saya menutup-nutupi keburukan atau rasa tidak enak hati saya kepada siapapun. namun saya percaya tak banyak yang tahu tentang saya dan saya tidak menginginkannya.

Friday 3 September 2010

perempuan malang yang tabah

ketika saya bicara tentang Ardjumand, adalah seorang permaisuri Hindustan yang hidup dalam lingkaran cinta sang Mughal Agung, Shah Jahan. dimana perempuan ini begitu gigih melahirkan anak yang keluar tiap tahunnya dan tidak merasakan sakit meski penderitaannya bertambah berat. Perempuan ini begitu lembut, namun tombak bagi anak yang lainnya sehingga balas dendam antar saudara kandung tak dapat lagi di cegah.
Lain lagi ketika saya berbicara tentang Dyah Pitaloka, perempuan yang cintanya tak tersampaikan kepada Mahapatih Gajah Mada,sangat menyiksa dan tenggelam.
lihatlah Khadijah, Cinta abadi Muhammad, perempuan setia nan jelita dan anggun. SEtiap pria mendambakan perempuan gagah ini yang menjadi penghuni surga dalam balutan sutra dan wangi kasturi.
ketika saya sedang berdiskusi dengan rekan-rekan kantor untuk membahas buku yang layak edar dan terbit, saya dipusingkan dengan pernyataan seseorang yang men-judge bahwa tulisan-tulisan yang ditulis semisal Laskar Pelangi dan semacamnya tidak terlalu sastra banget. hal ini menggelitik saya ketika seseorang dengan kualitas yang dapat dikatakan melebihi kapasitas berkata seolah hanya satu penulis yang layak mendapat acungan jempol. ingin mengomentari saja, karya populer ato klasik tetaplah karya sastra terlepas dari cerita yang disuguhkan "populer banget" ato tidak, toh, buktinya Laskar Pelangi dan semacamnya itu mendapatkan penjualan yang luar biasa dan menjadi karya fenomenal. saran saja kepada para penulis (secara saya hanya seorang pengamat yang aktif dan pasif-red) coba untuk lebih membuka diri terhadap karya orang lain yang mungkin dapat menjadi tambahan ide untuk tulisan Anda selanjutnya.