Disadari
atau tidak, pekerjaan adalah timbal balik dan menjadi syarat untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Orang bilang, kalau mau dapat duit, ya, kerja. Kalau mau kaya,
ya kerja. Bahkan, ayam pun ikutan kerja dan mengambil rejeki yang disia-siakan
karena manusia malas kerja pagi-pagi. Hah, itu sih istilahnya. Kek yang gak
tahu aja.
#Now
playing, MUSE: Feeling Good
Kejenuhan
dalam bekerja, setidaknya itu yang sedang saya alami saat ini. Ya, tiap hari yang saya lakukan adalah
mengurus administrasi editor, mengecek editan freelancer, menyerahkan desain
cover, dan mengecek kembali cover yang akan terbit. Ahhh, bosan sekali. Untuk kamu
yang sudah membaca postingan saya sebelumnya, pasti akan tahu bahwa saya baru
saja menjadi staff editor setelah setahun sudah menjadi editor atau istilahnya
proofreader freelance di salah satu penerbitan Indonesia. Penerbit mana? Haha kamu
tidak usah tahu Kawan, saya tidak ingin menjabat sebagai karyawan ketika
menulis di blog.
Satu
yang saya senangi dalam dunia kerja saya adalah saya akan membaca banyak buku. Dulu,
setahun lamanya saya membaca puluhan buku dalam satu bulan. Terutama cek akhir
yang pastinya menjadikan saya kaya akan bahasa dan cerita. Cerita anak yang
riang, kadang jenuh, anak-anak sekali, dewasa sebelum waktunya, bahkan cerita
orang dewasa yang menulis untuk anak-anak.
Sekarang
saya menjadi malas untuk bekerja. Kenapa? Hari senin bahkan menjadi hari yang
paling malas buat saya. Ketika bangun tidur saya harus mempersiapkan rutinitas
saya yang begitu saja setiap hari. Karena di kosan saya sekarang ada dapur,
setiap pagi saya bergegas untuk memasak sarapan dan pergi ke warung untuk bahan
masakan makan siang saya. Ouoooh senangnya.
Ketika
saya memasuki kantor, yang pertama kali saya temui adalah tumpukan buku, naskah,
pengajuan cetak, dan cover yang sudah nangkring di meja saya. Merasa tidak
ingin stress, saya mencoba tersenyum. Nyengir kuda sih sebenarnya. Ya, siapa
yang tidak stress duluan ketika melihat pekerjaan yang harus kamu kerjakan
menumpuk seakan tiada habisnya. Makanya, untuk sejenak mengusir jenuh, saya
menulis dulu di blog, update status di facebook, dan komen gaje yang kadang
berhasil juga mengusir kejenuhan saya. Semoga editor dan manager gak lihat saya
heuheu.
Tom: yuk neng, bolos kerja aja ama abang, Diaz: asalkan ama abang, neng mau kemana aje |
Saya
jadi ingat ketika saya bersusah payah mendapatkan kerja. Teman saya bilang saya
sudah berjodoh dengan dunia penerbitan dan pengeditan. Ya, saya yang merasa bodoh
dalam hal linguistik, bahasa, tanda baca, bahasa baku dan semacamnya, harus
nyemplung dalam dunia yang saya tidak suka. Makanya, dulu saya ambil jurusan
sastra yang menurut saya bisa menghindar dari tata bahasa dan tanda bahasa yang
membuat saya ingin membanting kolam ikan di depan rumah saya.
Saat
paling saya ingat ketika skripsi, adalah dosen pembimbing saya yang masih
bujangan itu, susah payah mengedit setiap kata dan kalimat yang saya buat. Mungkin
saking dia kesalnya sampai bilang: “Syifa, kamu kan sudah mau jadi sarjana,
masa ‘di’ yang menyatakan tempat aja disatuin? Coba kamu cek lagi Syifa,
aturannya gimana, kalimatnya gimana, kamu sudah mau sidang lho!” aduh, saya
mumet sekali. Kenapa sih harus selalu diatur? Saya nyengir aja waktu itu. “oke
pak, akan saya perbaiki nanti, tapi yang ini harusnya gimana pak?” dan, dosen
saya yang imut itu pun kembali memperbaiki tata kalimat ilmiah saya yang
amburadul.
Kerjain aku dong, Matt :p |
Apa
yang saya suka dari dosen saya, yang katanya pernah ngasih nilai C sama teman
saya, karena menolak jalan bareng? Dia selalu merah wajahnya kalo kita goda. Ketika
saya bilang “Pak, kemejanya matching sama wajah bapak yang imut,” jiah, ampe
gatel-gatel deh lihatnya. Mukanya udah kayak keju balado. Wakakaka
Satu
hal yang harus diingat ketika pekerjaan membuat jenuh adalah ingatlah ketika
kamu susah mendapatkannya. Dulu saya sempat dua kali menjadi guru. Sayangnya,
saya malah mengajak murid-murid saya seenaknya mereka kalo belajar. Tidak terlalu
mengerti RPP, dan menjadi tempat curhat murid-murid saya yang sebagian besar
adalah anak-anak yang ditinggal orangtuanya bersama pembantu. Apa yang harus
saya ajarkan pada mereka? Lha wong mereka sekolahnya aja di sekolah
international, yang tiap hari belajar dan berinteraksi dengan guru-guru yang
jauh lebih pandai dari saya. Mereka tentu lebih pandai dari saya. Murid-murid
saya pun begitu. Sebenarnya mereka sudah mengerti. Dan datang ke tempat les
untuk mengusir kepenatan mereka di rumah.
Bahasa
Inggris menjadi kewajiban bagi guru, karena mengajar private anak-anak itu. Tapi,
saya keseringan memakai bahasa Sunda yang menjadi bahasa Ibu saya sehari-hari. Nah
lo? Mereka menjadi dekat dengan saya tanpa harus bergrammar. Untungnya lagi, bahasa
Inggris saya bisa dilatih dengan mereka.
Pernah
juga saya dekat dengan pengajar bule yang hampir pacaran dengannya (ngarep sih).
Dia selalu ingin mengajak saya ngobrol karena ‘mungkin’ dia tahu, kapasitas
Bahasa Inggris saya minim dan saya terlalu kerepotan berbicara dengannya dengan
logat Sunda dan Indonesia. Hehe.
3
tahun setelah menjadi sarjana, barulah saya mandapatkan pekerjaan ini. Dua tahun
bekerja serabutan, fokus di teater, pindah kerja sana-sini yang sama sekali
saya tidak mengerti apa yang saya kerjakan hingga balik lagi ingin berteater. Mencari
pacar bule kaya yang ‘siapa tahu’ bisa ngidupin saya, yang bisa ngasih duit
dolar segepok yang bisa bikin bibir saya ngangkang tiap hari.
Saya
pernah juga akan pergi ke Batam karena saking pasrahnya saya menjadi
pengangguran, dan memilih tidak mau menjadi beban keluarga lagi dan ingin pergi
dari mereka. Tapi emak dan bapak saya bersikeras mencegah saya pergi. Katanya
takut saya dijual disono. Lha? Sapa yang mau beli? kalo mereka tahu bagian tertentu
saya kek macan tutul. Hahaha
Lalu
saya menjadi guru yang sangat bertolak belakang dengan keinginan saya. Ya,
menjadi guru berarti harus siap digugu dan ditiru. Saya tidak cukup baik untuk
menjadi guru karena saya sama sekali tidak suka peraturan dan menjalani
semuanya semau hati saya. Makanya, bapak saya sampai ‘berbusa’ nyuruh saya tes
PNS dan terus cari pekerjaan biar saya gak melulu minta tambahan duit padanya. Mungkin
dia merasa bosan karena saya yang sarjana ini masih harus diurus uang bulanan. Hehehe
Mengalami
tekanan dalam bekerja, mengecek pekerjaan editor freelance yang ternyata masih
banyak kesalahan, pekerjaan editor yang harus semuanya harus diselesaikan,
bagaimana caranya memenuhi target terbit, adalah ujian yang mengelilingimu
setiap waktu. Hah, akhirnya, bersyukur adalah kata-kata bijak yang sulit
diaplikasikan, ketika mengalami satu “kekurangan” dalam menjalani hidup yang
sudah ada. Betulkah? Saya sangat tahu arti kata bersyukur dan ikhlas, tapi saya
sendiri masih mangkir dari itu. Prihatin dan menyedihkan.
“Kurang
apalagi coba kamu syif, pekerjaan ada, pacar ada, karir, cinta, tinggal kawin
doang lu!” kata teman saya waktu itu. Hahaha, kawin doang mah gampang, lha wong
kucing aja kawinnya ampe beberapa kali beranak.
mau dong ditembakin |
Ya,
satu kata sederhana yang menurut saya sulit diaplikasikan, BERSYUKUR. Setiap pagi
saya selalu berusaha tersenyum menyambut pagi hari, walaupun malas pergi ke
kantor, dan melihat pekerjaan yang membuat otak saya inginnya lepas dari
pandangan. Berusaha tertawa, tapi hati saya tahu bahwa tawa saya dibuat-buat. Makanya,
saya nyeleneh aja ke kantor memakai sandal jepit dan dengerin musik keras-keras
lewat headphone saya, sampai bagian Fo bilang, “kamu tuh saya panggil-panggil
di telepon gak nyaut-nyaut.” Saya nyengir aja. MALAS. Dalam hati saya.
Saya sering banget doa terima kasih atas beberapa hal yang dikabulin u_u
ReplyDeleteHowever, tetep aja kadang kurang bersyukur.
Anyway tante Syifa malasnya kok tingkat tinggi pisan euy? u_u
Moga ga bt lagi selanjutnya
SABAR jeunk Syifa, Tuhan maha tahu. Semua kerja kerasmu akan terlihat nantinya.
ReplyDelete*jangan-jangan, komen gw ga lolos editor juga ini.
eaaaa...nikah aja,bu!hihi...
ReplyDeleteSemangat...semangat...
Yah,bersyukur itu harus.tapi kalo ada kesempatan kerja di bidang yg disukai,maju ajalah.saya dapet kuncian dari guru ngaji,kerja dimana aja kalo mau hepi kudu ikhlas.
Iye,teori ikhlas gampang,prakteknya mah susyaaah...>,<
wkwkwk... ini nih tanda2 stress karena pekerjaan...
ReplyDeletemakanya kamu butuh waktu khusus buat berlibur memanjakan diri sebentar... lupakan semua kejenuhan untuk beberapa hari tanpa rutinitas yg sama dan suasana yg sama. Dan jangan lupa nengok kebawah ketika kamu masih sama seperti "mereka". yaitu orang2 freelancer yg ketika itu sangat menggebu0gebu dan berikrar dalam hati, bahwa saya bersedia melakukan apa saja agar bisa menjadi pegawai tetap... :D Semangat !!!
bersyukurlah :)
ReplyDeleteaq juga kenapa sampe sini yaaa... ga okeh banget dengan jurusan saya kuliah ><
katanya, karena kamu punya tumpukan buku2 penerbit itu kamu harus rasain kerja disan OMG!
sama kok aq tumpukan naskah yag harus diinput dlm jumlah banyak, blm laporan ohhh no! *pengsan*
makanya aq punya usaha sambilan yang kerja sama hasilnya sama2 puas :)
heheh aku jg ngalamin hal serupa...jenuhlah,cpeklah,inilah,itulah blablablbalal...
ReplyDeletetp kunikmati saja hehe..demi masa dpan yg indah #eaaa
btw,,gmn sih rsanya krja di penerbit?bagi donk pengalamannya?
hehe
Kata orang bijak, semua akan indah pada waktunya, hehehe...sabar ya
ReplyDeletemakasih yang udah komen... heuheu
ReplyDeleteyah, ada banyak cara untuk meluapkan kejenuhan. yang pasti, senang bisa membaginya di blog.
pekerjaan adalah sesuatu yang harus disyukuri dan dicintai. jadi, wajar sih kalko ada kejenuhan. hehehe
kalimat terakhir mengingatkanku pada masa2 sulit waktu pertama hijrah ke bali....
ReplyDeleteyups, sabar adalah jawaban tuhan. saya tahu itu....sekali pun kita mengejar,,klo blm waktunya ya bikin stress. itu lah pekerjaan dan rezeki.
saya pun pernah jenuh dengan rutinitas yg sangat melelahkan (kerja di spa,,,sehari-hari mijitin orang mulu). tapi dari sana kita belajar sabar dan kerja keras. hasilnya sekarang ada jawabannya. ya jawaban awal dengan tanggung jawab yg lebih besar....
nice post...
saya pikir kau ini selalu bersemangat. ternyata eh ternyata merasa jenuh juga. wajarlah. tapi semuanya akan baik2 saja kalau bersyukur. heuheu
ReplyDeleteudah beberapa kali saya baca postingan macem tante kayak gini. saya jadi takut akan masa depan T.T *gak mau kerja* *mau balik jadi anak TK*
ReplyDeletehmmm...sering bgt ngalamin hal kayak gini..apalagi klo kerjaan numpuk trus yg lain cuman asyik main game online..tpi bgtlah,,tiap pgi pun sy sllu bangun dan mengatakn smoga semua kerjaan hari ini lancar,,smoga d kntor bsa semangt krn terkdg jenuh jg ngerjain hal yg itu2 aja,,blom lgi bos suka seenaknya nyuruh sana sini,,makanya sy sering bgt dtg telat,,dan smpe skrg sya pun msih sulit bgt mengaplikasikan rsa syukur itu sndr..senneng dpet tmn senasib bwt mb syifa yg smangt yah..
ReplyDeleteterimakasih sekali gan telah berbagi informasi yang sangat menarik dan sangat bermanfaat bagi banyak orang, di tunggu infomasi slanjutnya
ReplyDeletesukses terus