Sunday, 8 January 2012

Jenuh 'Dikerjain', Ikhlas Aja!


Disadari atau tidak, pekerjaan adalah timbal balik dan menjadi syarat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Orang bilang, kalau mau dapat duit, ya, kerja. Kalau mau kaya, ya kerja. Bahkan, ayam pun ikutan kerja dan mengambil rejeki yang disia-siakan karena manusia malas kerja pagi-pagi. Hah, itu sih istilahnya. Kek yang gak tahu aja. 
 
#Now playing, MUSE: Feeling Good

Kejenuhan dalam bekerja, setidaknya itu yang sedang saya alami saat ini. Ya, tiap hari yang saya lakukan adalah mengurus administrasi editor, mengecek editan freelancer, menyerahkan desain cover, dan mengecek kembali cover yang akan terbit. Ahhh, bosan sekali. Untuk kamu yang sudah membaca postingan saya sebelumnya, pasti akan tahu bahwa saya baru saja menjadi staff editor setelah setahun sudah menjadi editor atau istilahnya proofreader freelance di salah satu penerbitan Indonesia. Penerbit mana? Haha kamu tidak usah tahu Kawan, saya tidak ingin menjabat sebagai karyawan ketika menulis di blog.
Satu yang saya senangi dalam dunia kerja saya adalah saya akan membaca banyak buku. Dulu, setahun lamanya saya membaca puluhan buku dalam satu bulan. Terutama cek akhir yang pastinya menjadikan saya kaya akan bahasa dan cerita. Cerita anak yang riang, kadang jenuh, anak-anak sekali, dewasa sebelum waktunya, bahkan cerita orang dewasa yang menulis untuk anak-anak. 

Sekarang saya menjadi malas untuk bekerja. Kenapa? Hari senin bahkan menjadi hari yang paling malas buat saya. Ketika bangun tidur saya harus mempersiapkan rutinitas saya yang begitu saja setiap hari. Karena di kosan saya sekarang ada dapur, setiap pagi saya bergegas untuk memasak sarapan dan pergi ke warung untuk bahan masakan makan siang saya. Ouoooh senangnya.

Ketika saya memasuki kantor, yang pertama kali saya temui adalah tumpukan buku, naskah, pengajuan cetak, dan cover yang sudah nangkring di meja saya. Merasa tidak ingin stress, saya mencoba tersenyum. Nyengir kuda sih sebenarnya. Ya, siapa yang tidak stress duluan ketika melihat pekerjaan yang harus kamu kerjakan menumpuk seakan tiada habisnya. Makanya, untuk sejenak mengusir jenuh, saya menulis dulu di blog, update status di facebook, dan komen gaje yang kadang berhasil juga mengusir kejenuhan saya. Semoga editor dan manager gak lihat saya heuheu.
Tom: yuk neng, bolos kerja aja ama abang,
Diaz: asalkan ama abang, neng mau kemana aje

 Saya jadi ingat ketika saya bersusah payah mendapatkan kerja. Teman saya bilang saya sudah berjodoh dengan dunia penerbitan dan pengeditan. Ya, saya yang merasa bodoh dalam hal linguistik, bahasa, tanda baca, bahasa baku dan semacamnya, harus nyemplung dalam dunia yang saya tidak suka. Makanya, dulu saya ambil jurusan sastra yang menurut saya bisa menghindar dari tata bahasa dan tanda bahasa yang membuat saya ingin membanting kolam ikan di depan rumah saya.
Saat paling saya ingat ketika skripsi, adalah dosen pembimbing saya yang masih bujangan itu, susah payah mengedit setiap kata dan kalimat yang saya buat. Mungkin saking dia kesalnya sampai bilang: “Syifa, kamu kan sudah mau jadi sarjana, masa ‘di’ yang menyatakan tempat aja disatuin? Coba kamu cek lagi Syifa, aturannya gimana, kalimatnya gimana, kamu sudah mau sidang lho!” aduh, saya mumet sekali. Kenapa sih harus selalu diatur? Saya nyengir aja waktu itu. “oke pak, akan saya perbaiki nanti, tapi yang ini harusnya gimana pak?” dan, dosen saya yang imut itu pun kembali memperbaiki tata kalimat ilmiah saya yang amburadul.
Kerjain aku dong, Matt :p
 Apa yang saya suka dari dosen saya, yang katanya pernah ngasih nilai C sama teman saya, karena menolak jalan bareng? Dia selalu merah wajahnya kalo kita goda. Ketika saya bilang “Pak, kemejanya matching sama wajah bapak yang imut,” jiah, ampe gatel-gatel deh lihatnya. Mukanya udah kayak keju balado. Wakakaka

Satu hal yang harus diingat ketika pekerjaan membuat jenuh adalah ingatlah ketika kamu susah mendapatkannya. Dulu saya sempat dua kali menjadi guru. Sayangnya, saya malah mengajak murid-murid saya seenaknya mereka kalo belajar. Tidak terlalu mengerti RPP, dan menjadi tempat curhat murid-murid saya yang sebagian besar adalah anak-anak yang ditinggal orangtuanya bersama pembantu. Apa yang harus saya ajarkan pada mereka? Lha wong mereka sekolahnya aja di sekolah international, yang tiap hari belajar dan berinteraksi dengan guru-guru yang jauh lebih pandai dari saya. Mereka tentu lebih pandai dari saya. Murid-murid saya pun begitu. Sebenarnya mereka sudah mengerti. Dan datang ke tempat les untuk mengusir kepenatan mereka di rumah. 

Bahasa Inggris menjadi kewajiban bagi guru, karena mengajar private anak-anak itu. Tapi, saya keseringan memakai bahasa Sunda yang menjadi bahasa Ibu saya sehari-hari. Nah lo? Mereka menjadi dekat dengan saya tanpa harus bergrammar. Untungnya lagi, bahasa Inggris saya bisa dilatih dengan mereka. 

Pernah juga saya dekat dengan pengajar bule yang hampir pacaran dengannya (ngarep sih). Dia selalu ingin mengajak saya ngobrol karena ‘mungkin’ dia tahu, kapasitas Bahasa Inggris saya minim dan saya terlalu kerepotan berbicara dengannya dengan logat Sunda dan Indonesia. Hehe.

3 tahun setelah menjadi sarjana, barulah saya mandapatkan pekerjaan ini. Dua tahun bekerja serabutan, fokus di teater, pindah kerja sana-sini yang sama sekali saya tidak mengerti apa yang saya kerjakan hingga balik lagi ingin berteater. Mencari pacar bule kaya yang ‘siapa tahu’ bisa ngidupin saya, yang bisa ngasih duit dolar segepok yang bisa bikin bibir saya ngangkang tiap hari. 

Saya pernah juga akan pergi ke Batam karena saking pasrahnya saya menjadi pengangguran, dan memilih tidak mau menjadi beban keluarga lagi dan ingin pergi dari mereka. Tapi emak dan bapak saya bersikeras mencegah saya pergi. Katanya takut saya dijual disono. Lha? Sapa yang mau beli? kalo mereka tahu bagian tertentu saya kek macan tutul. Hahaha 

Lalu saya menjadi guru yang sangat bertolak belakang dengan keinginan saya. Ya, menjadi guru berarti harus siap digugu dan ditiru. Saya tidak cukup baik untuk menjadi guru karena saya sama sekali tidak suka peraturan dan menjalani semuanya semau hati saya. Makanya, bapak saya sampai ‘berbusa’ nyuruh saya tes PNS dan terus cari pekerjaan biar saya gak melulu minta tambahan duit padanya. Mungkin dia merasa bosan karena saya yang sarjana ini masih harus diurus uang bulanan. Hehehe

Mengalami tekanan dalam bekerja, mengecek pekerjaan editor freelance yang ternyata masih banyak kesalahan, pekerjaan editor yang harus semuanya harus diselesaikan, bagaimana caranya memenuhi target terbit, adalah ujian yang mengelilingimu setiap waktu. Hah, akhirnya, bersyukur adalah kata-kata bijak yang sulit diaplikasikan, ketika mengalami satu “kekurangan” dalam menjalani hidup yang sudah ada. Betulkah? Saya sangat tahu arti kata bersyukur dan ikhlas, tapi saya sendiri masih mangkir dari itu. Prihatin dan menyedihkan.
“Kurang apalagi coba kamu syif, pekerjaan ada, pacar ada, karir, cinta, tinggal kawin doang lu!” kata teman saya waktu itu. Hahaha, kawin doang mah gampang, lha wong kucing aja kawinnya ampe beberapa kali beranak. 

mau dong ditembakin
Ya, satu kata sederhana yang menurut saya sulit diaplikasikan, BERSYUKUR. Setiap pagi saya selalu berusaha tersenyum menyambut pagi hari, walaupun malas pergi ke kantor, dan melihat pekerjaan yang membuat otak saya inginnya lepas dari pandangan. Berusaha tertawa, tapi hati saya tahu bahwa tawa saya dibuat-buat. Makanya, saya nyeleneh aja ke kantor memakai sandal jepit dan dengerin musik keras-keras lewat headphone saya, sampai bagian Fo bilang, “kamu tuh saya panggil-panggil di telepon gak nyaut-nyaut.” Saya nyengir aja. MALAS. Dalam hati saya.

Nah, kejenuhan saya sekarang sudah berkurang dengan menumpahkannya di blog ini. Penting gak sih isi postingan saya? Silakan diambil hal yang baiknya Kawan, kalo kamu masih belum bekerja, jangan bosan menasihati dirimu sendiri dengan kata-kata: SABAR. Karena yang kamu anggap jijik, Tuhan Mahatahu.

13 comments:

  1. Saya sering banget doa terima kasih atas beberapa hal yang dikabulin u_u

    However, tetep aja kadang kurang bersyukur.

    Anyway tante Syifa malasnya kok tingkat tinggi pisan euy? u_u
    Moga ga bt lagi selanjutnya

    ReplyDelete
  2. SABAR jeunk Syifa, Tuhan maha tahu. Semua kerja kerasmu akan terlihat nantinya.

    *jangan-jangan, komen gw ga lolos editor juga ini.

    ReplyDelete
  3. eaaaa...nikah aja,bu!hihi...
    Semangat...semangat...

    Yah,bersyukur itu harus.tapi kalo ada kesempatan kerja di bidang yg disukai,maju ajalah.saya dapet kuncian dari guru ngaji,kerja dimana aja kalo mau hepi kudu ikhlas.
    Iye,teori ikhlas gampang,prakteknya mah susyaaah...>,<

    ReplyDelete
  4. wkwkwk... ini nih tanda2 stress karena pekerjaan...

    makanya kamu butuh waktu khusus buat berlibur memanjakan diri sebentar... lupakan semua kejenuhan untuk beberapa hari tanpa rutinitas yg sama dan suasana yg sama. Dan jangan lupa nengok kebawah ketika kamu masih sama seperti "mereka". yaitu orang2 freelancer yg ketika itu sangat menggebu0gebu dan berikrar dalam hati, bahwa saya bersedia melakukan apa saja agar bisa menjadi pegawai tetap... :D Semangat !!!

    ReplyDelete
  5. bersyukurlah :)
    aq juga kenapa sampe sini yaaa... ga okeh banget dengan jurusan saya kuliah ><
    katanya, karena kamu punya tumpukan buku2 penerbit itu kamu harus rasain kerja disan OMG!
    sama kok aq tumpukan naskah yag harus diinput dlm jumlah banyak, blm laporan ohhh no! *pengsan*
    makanya aq punya usaha sambilan yang kerja sama hasilnya sama2 puas :)

    ReplyDelete
  6. heheh aku jg ngalamin hal serupa...jenuhlah,cpeklah,inilah,itulah blablablbalal...
    tp kunikmati saja hehe..demi masa dpan yg indah #eaaa

    btw,,gmn sih rsanya krja di penerbit?bagi donk pengalamannya?
    hehe

    ReplyDelete
  7. Kata orang bijak, semua akan indah pada waktunya, hehehe...sabar ya

    ReplyDelete
  8. makasih yang udah komen... heuheu
    yah, ada banyak cara untuk meluapkan kejenuhan. yang pasti, senang bisa membaginya di blog.

    pekerjaan adalah sesuatu yang harus disyukuri dan dicintai. jadi, wajar sih kalko ada kejenuhan. hehehe

    ReplyDelete
  9. kalimat terakhir mengingatkanku pada masa2 sulit waktu pertama hijrah ke bali....
    yups, sabar adalah jawaban tuhan. saya tahu itu....sekali pun kita mengejar,,klo blm waktunya ya bikin stress. itu lah pekerjaan dan rezeki.
    saya pun pernah jenuh dengan rutinitas yg sangat melelahkan (kerja di spa,,,sehari-hari mijitin orang mulu). tapi dari sana kita belajar sabar dan kerja keras. hasilnya sekarang ada jawabannya. ya jawaban awal dengan tanggung jawab yg lebih besar....
    nice post...

    ReplyDelete
  10. saya pikir kau ini selalu bersemangat. ternyata eh ternyata merasa jenuh juga. wajarlah. tapi semuanya akan baik2 saja kalau bersyukur. heuheu

    ReplyDelete
  11. udah beberapa kali saya baca postingan macem tante kayak gini. saya jadi takut akan masa depan T.T *gak mau kerja* *mau balik jadi anak TK*

    ReplyDelete
  12. hmmm...sering bgt ngalamin hal kayak gini..apalagi klo kerjaan numpuk trus yg lain cuman asyik main game online..tpi bgtlah,,tiap pgi pun sy sllu bangun dan mengatakn smoga semua kerjaan hari ini lancar,,smoga d kntor bsa semangt krn terkdg jenuh jg ngerjain hal yg itu2 aja,,blom lgi bos suka seenaknya nyuruh sana sini,,makanya sy sering bgt dtg telat,,dan smpe skrg sya pun msih sulit bgt mengaplikasikan rsa syukur itu sndr..senneng dpet tmn senasib bwt mb syifa yg smangt yah..

    ReplyDelete
  13. terimakasih sekali gan telah berbagi informasi yang sangat menarik dan sangat bermanfaat bagi banyak orang, di tunggu infomasi slanjutnya
    sukses terus

    ReplyDelete

untuk kalian yang tidak memiliki blog, atau Google account, bisa mengomentari lewat NAME/URL
NAME bisa diisi dengan namamu, dan URL bisa diisi www.facebook.com