Thursday, 29 September 2011

Tanggung Jawab Dapur Kita


Hai, apa kabar? Saatnya menjilat (blog) saya ....

Hmmm waktu lagi nulis artikel ini, saya sedang menikmati saat-saat berakhirnya jam kerja. Baru saja saya menyelesaikan hajat saya di kamar mandi. Wuih apa maksudnya Syif? Itu … saya abis cuci tangan abis cebok. Hahaha .…
Setaun sudah saya bekerja di kantor ini dan pasti akan sangat banyak pengalaman-pengalaman yang saya alami. Baik dari pertemanan sesama karyawan, rekan kerja, atasan, bahkan OB dan satpam di kantor yang saya temui setiap hari.
Kali ini saya mau berbagi tentang tanggung jawab seorang karyawan ketika di kantor (lah, kayak yang betul aja kau ni Syif!) hehe .... Jujur, saya adalah tipe Miss Bati atawa Miss keuntungan dalam hal apapun. Ini juga saya terapkan di kantor saya, eits, bukan apa-apa. Saya adalah ahli memanfaatkan sesuatu. Yah, enggak kayak Syahrini juga yang memanfaatkan Alhamdulillah yah besok udah mau lebaran jadi RBT. (apa sih lo syif? Gaje! #digampar)


Kantor keuntungan saya
ilustrasi dapur kantor
Saya ini anak rantauan, sejak memutuskan kuliah di Universitas ternama di Bandung, saya hidup sendiri. Enggak sendiri juga sih, saya tetanggaan sama kakak saya yang udah berkeluarga. Namun, tetap saja untuk urusan keuangan dan hidup, saya mengatur sendiri. Emang kamu merantau dari mana sih Syif? Deket sih, Garut Jawa Barat gitu deh, Katakanlah sejak tahun 2004 saya sudah terpisah dari orangtua demi menjunjung cita-cita menjadi Sarjana Sastra yang menjadikan saya seorang editor kek gini.
Seperti yang saya bilang tadi, saya adalah Miss Bati alias Miss Keuntungan, apapun yang bisa menguntungkan bagi saya tidak akan disia-siakan. Seperti fasilitas di kantor ini yang serba menguntungkan bagi saya, salah satunya adalah dapur kantor yang saya gunakan memasak setiap hari. Ya, setiap hari jam kerja, selepas shalat Subuh saya bergegas menanak nasi di rice cooker ala anak kos, lalu buru-buru ke warung dekat kosan untuk membeli sayuran dan camilan untuk sarapan dan lauk bekal makan siang saya. Setiap hari saya menghabiskan sepuluh ribu rupiah kurang lebih untuk membeli sayur, kopi, gorengan dan camilan untuk kebutuhan saya sampai malam hari. Esoknya, saya melakukan ritual yang sama sampai hari Sabtu tiba dan saya tidak bisa menggunakan fasilitas kantor untuk memasak karena hari libur dan jarak kosan ke kantor lumayan juga kalau tidak ada keperluan mendesak. Mengenai kebiasaan saya memasak di kantor, teman-teman sekantor saya sampai hafal jam saya waktunya memasak dan tahu betul menu apa yang akan saya masak. Maka, tak heran jika waktu istirahat tiba, akan tercium bau masakan yang menggugah selera hasil racikan saya (promo ala Farah Quinn).

Nah, demi menjaga hubungan baik dengan Office Boy dan sebagai rasa tanggung jawab saya, ketika memasak dan selesai memasak serta menggunakan peralatan dapur lain, saya mencuci sendiri semua peralatan yang saya gunakan bahkan mengelap apa saja yang berceceran di lantai dan meja dapur. Tapi, ternyata saya juga harus melihat “ketidak tanggungjawaban” teman saya yang memasak ketika waktu istirahat tiba. Katakanlah dia memasak sebelum saya. Biasanya, saya menunggu waktu memasak setelah shalat berjamaah berlangsung, berhubung ruangan saya dekat dengan musala dan dapur.
Teman saya ini buru-buru menuju dapur dan memasak sayur bayam lengkap dengan sambal sementara saya masih sibuk dengan administrasi kerja editor. Singkat cerita, tibalah waktunya memasak makan siang saya, melihat saya yang datang membawa kresek hitam, teman saya langsung bilang “menunya apa hari ini?” “sup ayam” “oh, pake ceker lagi?” “enggak, pake sosis sekarang mah biar gak kelamaan” “oh,” komentarnya. Singkat kata, kami sama-sama memasak menu masing-masing. Dia memakai panci kecil yang biasa digunakan untuk merebus air. Saya biasa menggunakannya untuk merebus air dan menyeduh kopi dua kali sehari. Sementara, saya menggunakan wajan atau katel dalam bahasa kami. Kegiatan masak-memasak itu kami isi dengan canda dan santai-santai saja sampai saya pun selesai dengan masakan saya dan siap melahap sup ayam yang lekker itu. Nyam ....
Teman saya ini masih asyik dengan sambalnya yang menurut dia kurang pedas. Saya tinggalkan saja karena tugas saya mencuci barang-barang dapur yang saya pakai sudah selesai.

Ketika jam istirahat sudah selesai, kami melanjutkan pekerjaan kami yang sempat tertunda. Sambil ngobrol-ngobrol di ruangan saya, kebetulan ruangan saya dilengkapi televisi dan radio, kami makan sambil menonton seri korea yang saya sendiri gak tau judulnya apa. Yang penting saya bisa santai dan perut saya kenyang. Hehehe ....
Selesai istirahat, saya kembali ke dapur dan Subhanalah, peralatan yang tadi dipakai teman saya belum dibereskan dan dicuci. Agak risih juga saya lihatnya. Meskipun bukan tugas utama, tapi kebersihan dapur adalah tanggung jawab bersama saya pikir, karena saya pun harus segera melaksanakan shalat, saya tinggalkan saja dapur yang berantakan itu.

kopi dan camilan saya
Jam 15. 30 ketika saya mengunjungi dapur lagi untuk bikin kopi, ternyata suasana dapur belum berubah dan saya berniat merebus air. Dan panci yang saya dapatkan adalah panci yang didalamnya masih ada sisa bawang merah. Tapi anehnya, masih ada sisa air hangat. Berarti ada orang sebelum saya yang bikin kopi. Saya enggak ngebayangin kopi yang dia seduh ada bekas minyaknya. Saya jadi bergedik. Kopi berasa bawang merah, saya jadi geli sendiri dan mencuci panci kemudian merebus air.
Jam 16.30 sudah tiba, berarti saya harus bersiap membereskan pekerjaan saya. Karena sebentar lagi jam kantor akan berakhir. Office Boy di kantor saya sudah bersiap dengan ember yang dibawanya penuh dengan gelas-gelas bekas pakai karyawan. Karena saya berada di ruangan paling atas dan sendiri, biasanya OB melewati ruangan saya dan langsung menuju dapur. Dan saya pun cukup sadar untuk mencuci sendiri gelas bekas pakai minum dan kopi, toh hanya dua gelas, tidak menyita waktu saya.
Namun, ketika dia memasuki dapur, sang OB “mengomel” karena cucian bekas memasak tadi siang hasil ulah teman saya banyak dan berantakan. Agak tidak enak juga saya karena saya pun menggunakan fasilitas kantor untuk memasak. Meski sang OB tetap mengerjakan pekerjaannya setelah dia merampungkan pekerjaan yang lainnya.
Ini menjadi pelajaran juga bagi saya, mengurangi beban orang lain sebisa saya, saya bisa saja berdalih bahwa pekerjaan cuci mencuci bukanlah tugas saya, apalagi mengelap kotoran di meja. Namun apa salahnya kita membersihkan sendiri barang yang sudah kita pakai dan membersihkan sendiri meja kerja kita tanpa harus menyuruh OB atau bawahan. Pada dasarnya, saya bukan seorang yang rapi-rapi amat, lihat saja kamar kosan saya, kadang si Kakang Sayang yang bersihin, hehehe ....

bonus poto cantik :p
Saya tidak bermaksud menjelekkan teman saya apalagi kantor saya, ini adalah sebagian dari kesadaran saya akan tanggung jawab. Bukankah tanggung jawab yang besar diawali dengan tanggung jawab yang kecil? Sampai saat saya menulis ini, sang OB masih mencuci gelas dan piring bekas pakai. Kantor saya sudah sepi. Sekarang waktunya saya pulang dengan sisa sayur yang saya makan tadi siang. Besok, saya akan memikirkan menu apalagi yang akan saya masak, semoga si ibu warung beli pesanan saya, pakcoy dan brokoli, slrup ... pastinya yummy ....

5 comments:

  1. Sepanjang sejarah saya di kantor, baru 4 kali ngambil gelas buat minum. Dan, itupun--dengan penuh rasa tanggung jawab--saya biarkan tergeletak begitu saja di dapur setelah dipakai hehehe :D

    ReplyDelete
  2. kalo saya udah merantau sejak masuk sma.
    pokoknya dalam suatu oraganisasi itu jangan sampe ada kata "ini bukan kerjaan gue". emang susah sih kalo sampe meraktekinnya.:D

    ReplyDelete
  3. elfarizi: ya aloooo etamah sama aja atuh nambahin kerjaan orang >.<


    Fiscus: tul banget tuh gimana kita pelihara rasa tanggungjawab aja ya... pasti lebih bermanfaat buat kitanya. eaaaa..... hehehe

    ReplyDelete
  4. kebersihan adalah sebagian dari iman...
    hehehe,ngetes ajah

    ReplyDelete
  5. mmmmm akhirnya bisa komen sodara Dian....
    ;)

    ReplyDelete

untuk kalian yang tidak memiliki blog, atau Google account, bisa mengomentari lewat NAME/URL
NAME bisa diisi dengan namamu, dan URL bisa diisi www.facebook.com