Thursday, 10 November 2011

Menonton Manusia dalam Botol: Teater Keseharian Sarat Makna

Pernah menonton teater? Atau kamu seorang pekerja teater? Salam salut dari saya, karena saya seorang penikmat teater dan pernah masuk dalam satu komunitas teater. Namun, sekarang saya lebih kepada penikmat dan pengapresiasi pertunjukan seni teater dan pertunjukkan lainnya.
Apa yang ingin saya bagi disini, tentu saja berhubungan dengan teater dan pertunjukannya. Artikel ini saya tulis ketika kemarin saya menikmati menikmati satu pertunjukan teater yang membuat imaji saya bangkit lagi. Hehe ….
 
Jelasin dulu apa itu Teater …

Diambil dari Wikipedia.com, dalam bahasa Inggris, theater atau theatre, bahasa Prancis théâtre yang berasal dari kata theatron (θέατρον) serta bahasa Yunani, yang berarti "tempat untuk menonton"). Awalnya diperkenalkan pada kultus dyonisius sebagai ritual upacara pengorbanan domba/lembu kepada Dyonisius dan nyanyian yang digunakan pada masa itu disebut "tragedi". 

Dalam perkembangannya, Dyonisius atau dewa yang berwujud hewan itu kemudian berubah menjadi manusia yang dipuja sebagai Dewa anggur dan kesuburan. Pertunjukan ini adalah cabang dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan akting atau seni peran di depan penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimik muka, boneka, musik, tari dan lain-lain.

Sementara definisi, Teater menurut Bernard Beckerman, kepala departemen drama di Universitas Hofstra, New York, dalam bukunya, Dynamics of Drama, teater sebagai "yang terjadi ketika seorang manusia atau lebih, terisolasi dalam suatu waktu/atau ruang, menghadirkan diri mereka pada orang lain." Teater bisa juga berbentuk: ketoprak, ludruk, sandiwara (radio, televisi),opera, ballet, mime, kabuki, pertunjukan boneka, tari India klasik, Kunqu, mummers play, improvisasi performance serta pantomim. (wikipedia.com)

Nah, sudah cukup kan? Bahwa Teater bukan hanya mengedepankan pertunjukan dan seni dalam berakting. Namun, mimik muka dan gestur yang terampil dibutuhkan dalam satu pertunjukan. Untuk itu, dalam setiap latihannya, olah tubuh dan olah vokal menjadi nutrisi yang harus dijaga apik. Sayang sekarang saya enggak ikut pementasan, padahal, lumayan buat program turun berat badan. Hehehe #kalo turun, kalo nambah berat gimane?#

Kemarin, saya menonton dengan ehem ehem Kakang saya yang baru saja pulang dari dokter gigi xixixixix …. Nampak ganteng dia, dengan pipi yang sedikit menggelembung. Kami menonton disela-sela kesibukan kerja kami, jarang bertemu memang agak riskan untuk bertengkar, sih, tapi, selalu saja ada celah untuk baikan kembali.

Menonton teater seakan memberi semangat baru bagi saya. Ya, semangat berkarya lagi, semangat untuk mengapresiasi lagi. Karena pertunjukan teater, seolah kita menyaksikan film yang hidup di bioskop. Begitu suasana haru, mencekam, eksotis, pasti terasa. Oh, betapa lamanya saya tidak tampil di panggung teater.  

Kami menelusuri kota Bandung yang kala itu diguyur hujan, pertemuan ini begitu mengangenkan, setelah lama kami membatalkan janji bertemu, tentu saja karena kami masing-masing memiliki kesibukan dan uang kami yang semakin menipis. Maka, kala itu kami memutuskan menonton teater dengan tiket yang tersedia”. Oh ya, saya dapat tiket gratis dari teman sekaligus penata make up favorit saya, Om Yoy. Begitu saya memanggilnya. Sementara Kakang dapat tiket dari A Zuki. Awalnya dia merasa ragu karena harus beli tiket. “aku kan cuma mau nemenin nonton, gak bilang mau beli tiket, beliin dong…” hahaha kalo enggak ingat akan pipi seksinya, saya ingin mencubitnya.

Kembali ke teater >.<
salah satu narator Manusia dalam Botol
Kala itu saya menonton satu pertunjukan bertema kebebasan yang diraih dengan paksa. Ya, kebebasan dan kasih sayang berlebihan. Pementasan itu berjudul Manusia dalam Botol yang bertempat di Gedung Kesenian Sunan Ambu STSI Bandung. Sudah lama saya tidak mampir kesini. Selain akses angkot, biasanya saya agak kebingungan pulang ke kosan karena harus muter-muter. Pertunjukan ini diselenggarakan 1 sampai 2 November 2011 jam 4 sore dan jam 8 malam. Saya menonton malamnya di hari kedua karena sore masih harus menyelesaikan deadline pekerjaan saya. 

 

MANUSIA DALAM BOTOL atau Nona Guna karya Yusef Muldiyana yang juga sutradaranya, merupakan naskah yang pertama kali dipentaskan pada awal berdirinya Teater Laskar Panggung tahun 1995. Konon, naskah itu kembali di pentaskan menjelang usianya yang ke-16, 20 november ini, dengan konsep yang baru. Waw! Sudah mulai memasuki usia remaja rupanya teater ini, hehehe.




properti yang digunakan dalam pementasan.


Berawal dari seorang gadis bernama Guna yang terpenjara di rumahnya seperti bunga dalam pot yang  dia simpan tanpa matahari hingga lama-kelamaan akan menjadi busuk, botol-botol itu dia simpan dalam lemari khusus dan diajaknya ngobrol dan curhat sepanjang waktu. Yang menarik dari bunga dan botol adalah, setiap hari, Guna menggunakan darah untuk menyiram bunga itu, hari ini darah sapi, besok dia ingin darah kera. Lama-lama, jika darahnya habis, darah pelayannya yang akan dia gunakan (setidaknya itulah pemikiran Mardi, pelayan Nona Guna dan aktor utama kisah ini).


Atas nama cinta
, ibunya berkuasa mutlak di rumah, tanpa seorang pun yang boleh menentang kehendak dan kemaunannya, termasuk Guna. Jadi ingat film FIKSI, kisah ini mirip seperti itu. Kamu sudah menonton? Hanya, Ladya Cheryl sang Aktris, dia menjadi Psikopat dengan “membunuh” sebagian besar aktor dalam cerita itu. Dalam akhir kisah ini, Guna menjadi sangat tergantung kepada kebebasan yang dibagi oleh Koboy, pacarnya, dan akhirnya membunuh ibu serta pelayan setianya. Agak miris memang, karena dia menjadi liar dan tanpa kontrol. Menyalahkan ibunya? Menyalahkan Guna? Hmmm kejadian ini sering diangkat dalam sinetron dan film. Namun, berbagai sisi tampil dalam setiap ceritanya

Aktor yang lain muncul adalah Mardi dan koboy. Mardi, seorang Pelayan Guna, adalah seorang “biasa” dan pembawaannya kebapakan menurut saya, sabar dan oooh … laki-laki sabar dan penyayang itu pasti segera dilirik perempuan. Dan, Koboy, laki-laki “nakal” yang menjadi pacar Guna ketika dia berhasil “kabur” dari rumah untuk menghirup kebebasan. Hingga akhirnya dia memberikan sebuah pistol berpeluru kepada Guna untuk “menjaganya” ah, Koboy ini, playboy yang mirip Jhonny deep dalam Pirates of the Caribbean. Hehehe … 

Ada satu lirik dalam pertunjukan yang lumayan sering diulang:
Tuhan tak pernah bersandiwara
Hanya kita yang bersandiwara
Tapi
Tuhan paling pandai berteka-teki
dan kita semua tak akan bisa
menyibak tabir
teka-teki Tuhan
(Gimana pendapat kamu?)


Aktor dan panggung
Saya kagum dengan aktor utamanya, Guna. Dimana setting pertama dia berada di kamarnya dan sedang berlatih silat untuk mengusir kebosanannya. Begitu gesit dan lincah. Kalo saya, gak sanggup pastinya
Hal yang menarik lagi adalah aktor anak kecil yang lentur sekali membolak-balikkan tubuhnya. Saya sampai miris bergidik sendiri dan memeluk lengan Kakang (maaf, kesempatan dikit, hehe).

Dan Guna, yang tidak memiliki teman, memilih botol sebagai teman curhat dan berbagi. Saya agak kaget karena si lawan mainnya, Koboy, juga seorang pengimajinasi. Dia berbicara dengan kaleng. Terbukti, ketika mereka akan “bermain” di ranjang, Guna dan Koboy pun mesam-mesem. Tiba-tiba, aktor yang memerankan botol lewat dan meledek “Guna pacaran… Guna pacaraaannn’” eh, datang lagi aktor kaleng, “Koboy pacaraaan Koboy pacaraan” (kurang lebih begitu dialognya). Sang Sutradara, ketika saya tanya mengapa memberikan unsur khayalan botol dan kaleng, dia menjawab bahwa setiap orang memiliki imajinasi masing-masing dan memiliki “kawan” pribadi untuk dia bagi. Menarik, saya bicara sama siapa ya? Boneka, jelas saya enggak punya. Makanya saya suka bicara sendiri. Hehehe ….

Konsep musikal ditampilkan apik Teman-Teman… jadi ingat pertunjukan saya dulu. Konsepnya dibuat musikal, tapi suara saya keburu serak, sehingga saya yang harusnya bersuara nenek-nenek, jadi eng gak karuan. Kala itu ada seorang anak yang bilang “Nek, duduk aja, nenek kan lagi batuk, gak usah di depan” duduk gigi lo! Gue lagi pementasan OON! Huh …
Aktor-aktornya juga saya amati bisa menyanyi dengan baik, berapa lama latihannya ya? Kata sang Sutradara, sih, kurang lebih 3 bulan. Waktu yang cukup untuk latihan. Suara merdu Nona Guna, sampai membuat gairah saya berdiri … secara dia memakai baju seksi. Jadilah gairah saya yang kala itu kedinginan menjadi semakin erat memeluk dada. 

Ketika menikmati pertunjukkan teater, yang selalu diperhatikan adalah tata artistik panggung, lampu, dan makeup yang menambah suasana teater menjadi lebih hidup. Bagaimana ketika sang aktor menikmati salju, bagaimana efek suara, semuanya didukung oleh tata panggung yang sedimikian hebatnya, bukan hanya efek suara yang gembar gembor. Namun, efek suasana yang didapatkan juga harus mampu menyihir penonton. 

Seperti bagaimana ketika salju turun. Dan bagaimana suasana yang dihasilkan karena salju itu. Yang saya ingat adalah ketika satu pertunjukkan hasil tata panggung teman saya, ketika salju yang dia buat dari serpihan stereofoam yang dipereteli hingga menjadi debu2 yang mirip salju. 

Teater adalah simbol, semua yang tergabung di dalamnya harus mampu mengapresiasi dan menyampaikan pesan naskah dan sutradara kepada penonton. Maksudnya, ketika kamu diperkosa, atau kamu harus ada adegan bercinta, kamu tidak harus membuka bajumu dan telanjang didepan penonton. Cukup, misalnya, berada di belakang tirai panggung dan lampu berperan besar disitu, penata lampu akan fokus menyorotimu dan lawan mainmu, hingga yang tercipta adalah siluet kamu sedang diperkosa atau sedang bercinta.

Bagaimana ketika persepsi penonton dan imajinasi yang mampu dihasilkan dari suatu adegan. Ketika kamu marah, kamu tidak perlu memelototkan matamu hingga korneanya melebar. Ya, begitulah teater. Simbol ketika aktor adalah seseorang yang bengis, adalah bukan dengan dia membawa-bawa serta golok ditangannya. Iya, kan? Misalnya, simbol ketika kamu seorang narator, dan seting panggung di sebuah hutan. Kamu adalah seorang pohon yang bercerita. Kamu tidak usah memakai pohon beneran kan, cukup lilitkan beberapa ranting, akar, dan lumuri tubuhmu dengan lumpur untuk mendapatkan kesan kamu sebagai pohon dan artistik

Pengalaman yang saya dapatkan adalah tata rias dalam teater, adalah melupakan wajahmu yang kiyut. Bagaimana makeup dapat menonjolkan karakter kamu. Seperti film Hollywood kan? Untuk satu pementasan teater, kamu jangan terlalu berharap kamu akan menjadi ratu kecantikan dan riasan ala Miss Universe. Ketika kamu memerankan ibu yang galak, wajahmu akan membuktikannya. Ketika kamu memerankan jin yang membantu Bandawasa yang berusaha mendapatkan cinta Roro Jongrang, lupakanlah wajahmu yang mulus dengan maskeran lumpurmu.

Saya pikir tidak harus terlalu detail menulis tentang teater, Kawan, cukup kita berapresiasi terhadap karya dan totalitas menonton dan memerankan. Salut untuk pekerja teater dan seni. Butuh kerja keras untuk menyelami tokoh dan karakter yang bahkan kamu tidak sedikitpun memilikinya.
Sampai jumpa dalam postingan saya berikutnya, Kawan.

15 comments:

  1. Sepertinya seru... nuansa thriller. ini teater musikal kali yah.. umm

    ReplyDelete
  2. iyuaaaaaa.... konsepnya ada musikal juga... jadi pengen jilat lagi teater lain :D

    ReplyDelete
  3. seru kayaknya :D

    ReplyDelete
  4. pengen liat teater deh ..
    kayaknya seruu ..
    di bogor mah jarang kayaknya ...

    ReplyDelete
  5. Silakan untuk Teman-Teman yang ingin menonton Teater, bersualah dengan saya :D

    kalaupun enggak, nanti aku share postingan berikutnya yah?.... heheheh
    makasih udah komen.... peluk cium hangat dari aku...
    mari bercinta... mari bercinta...h mari mari mari mari mari bercintaaaahhh *vicky shu modeon*

    ReplyDelete
  6. yea..teater....
    mama sipa harus menperkenalkanku pada teater karena saya blm pernah nonton teater...ever.
    dan sangat menarik memang jika seandainya saya nonton teater karena itu pertunjukan langsung. tanpa edit atau rehat. semua berjalan sampai akhir. itu sulit, mengingat naskah belembar-lembar,belum lagi mengingat arahan sutradara dan lain sebagainya.
    sudah ada undangan dri penulis buat nonton bareng....
    saya pastikan saya yang daftar duluan.

    ReplyDelete
  7. aseek... siap Dian, memperkenalkan pada teater itu enggak sulit, tapi menerima perkenalan itulah yang agak sulit. hehehe

    siap, semoga ini akan berlanjut dan saya bisa mengenalkan teater lebih dalam lagi. :D

    ReplyDelete
  8. pengen banget gabung sama teater2 gini tapi ngga tahu deh di bogor dimana nya, susah kayanya :(

    ReplyDelete
  9. ingin bisaaaa...jadi botol itu sulit...hhooo...

    ReplyDelete
  10. Buat Teman-Teman di Bogor, mungkin sekarang belum ada, kalian harus ke TIM kayaknya, karena biasanya pertunjukan di adakan disitu.

    Semoga nanti saya bisa berbagi dengan pertunjukan di Jakarta dan kota lain. Sekarang sih karena sering diundang aja untuk nonton teater sekalian bikin postingan, hehehe

    ReplyDelete
  11. kereen...
    ckup deskriptif...
    kalo misalnya iQ bagian dari pertunjukan teater..cocoknya jadi apa y??!!!
    ^_^hehe

    ReplyDelete
  12. terimakasih atas infonya gan
    di tunggu informasi selanjutnya
    sukses terus

    ReplyDelete
  13. sangat bagus sekali info yang di tampilkan saya suka
    dengan info nya

    ReplyDelete

untuk kalian yang tidak memiliki blog, atau Google account, bisa mengomentari lewat NAME/URL
NAME bisa diisi dengan namamu, dan URL bisa diisi www.facebook.com