Apa arti kedewasaan? Yah, saya saja masih merasa
belum dewasa dengan umur saya yang sudah melewati seperempat abad ini. Ingin
menulis yang sebetulnya mengingatkan lagi kepada diri saya. Badan boleh dewasa,
pikiran dan hati belum tentu. Iya, kan?
Sebetulnya, bukan masalah dewasa atau tidaknya.
Bijak atau tidak kita menyikapi sesuatu adalah akibat dari apa yang kita
dapatkan selama ini. Misalnya, ketika kamu tidak lagi memilih pacar yang
manja-manjaan gara-gara enggak dikasih bunga dan lollipop pas apelan, pasti kamu
bilang: Yang, kamu dewasa, dong, masa enggak dikasi permen aja ngambek, sudah,
makan dulu sana, aa bawain semangkuk mi
So,
apa arti dewasa? Nih nemu di KBBI
de·wa·sa /déwasa/ a 1 sampai
umur; akil balig (bukan kanak-kanak atau remaja lagi): tarif pangkas rambut
untuk orang -- berbeda dng tarif untuk anak-anak; 2 Tern
telah mencapai kematangan kelamin; 3 ki matang (tt pikiran,
pandangan, dsb): cara berpikirnya sudah --;
-- kelamin Tern keadaan mulai berfungsinya kelamin pd hewan untuk menghasilkan spermatozoa atau sel telur;
men·de·wa·sa·kan v menjadikan dewasa: pendidikan selain bertujuan menambah ilmu pengetahuan juga berusaha ~ cara berpikir anak didik;
pen·de·wa·sa·an n proses, cara, perbuatan menjadikan dewasa: proses ~ dipercepat oleh munculnya bermacam-macam tantangan;
ke·de·wa·sa·an n hal atau keadaan telah dewasa
-- kelamin Tern keadaan mulai berfungsinya kelamin pd hewan untuk menghasilkan spermatozoa atau sel telur;
men·de·wa·sa·kan v menjadikan dewasa: pendidikan selain bertujuan menambah ilmu pengetahuan juga berusaha ~ cara berpikir anak didik;
pen·de·wa·sa·an n proses, cara, perbuatan menjadikan dewasa: proses ~ dipercepat oleh munculnya bermacam-macam tantangan;
ke·de·wa·sa·an n hal atau keadaan telah dewasa
Apakah
kamu sudah dewasa?
Sebetulnya
saya bukan seseorang yang terlalu peduli dengan urusan orang. Mau dia bagaimana
pun, saya pikir dia sudah menganggap dirinya dewasa untuk hanya sekadar berpikir
lebih tidak kekanakan. Sayang, orang dewasa tidak selamanya berpikir dewasa.
Apa buktinya? Saya punya teman yang keponakannya terus menerus melakukan
“kejahatan” dan berperilaku tidak baik. Orangtuanya terus saja memaksa si anak
buat ke pesantren dan mengurung dengan cara yang mengerikan. Kenapa saya bilang
mengerikan? Karena memang dia tidak butuh dipaksa-paksa dan dipukuli seperti
itu. Dia hanya butuh perhatian dan kasih sayang orangtuanya. Hal yang wajar,
sih, ketika kita meminta perhatian dari orang yang kita sayang. Iya kan?
Berawal
dari pertemuan saya dengan seorang teman. Saya yang selalu ketagihan menonton
dvd dan beli-beli gaje yang
sebetulnya tidak saya butuhkan, terkesan dengan perilakunya yang luar biasa. Dia
memang bukan seorang pekerja karyawan yang memiliki gaji di atas rata-rata.
Namun dia mampu membiayai sekolah adiknya dan menjadi tulang punggung
keluarganya. Saya hanya melongo dibuatnya. Malu, saya yang memiliki gaji cukup
saja kadang ogah menyisihkan beberapa puluh ribu untuk saya kasih ke adik-adik
saya. Salut, saya sangat menghormati teman saya ini. Kedewasaannya mampu
memberikan pengertian kepada saya bahwa dibalik tubuh mungilnya dan umurnya
yang belum genap 22 tahun, dia sudah menjadi panutan adik-adiknya dengan
kedewasaan pikirannya dia.
Saya
juga memiliki seorang kawan yang saya pikir agak gaje juga. Pernah saya mengetuk pintu kosannya dan beberapa kali
memanggil namanya. Ya, saya mengetuk pintunya beberapa kali namun tak ada
jawaban. Ayolah, pendengaran saya belum setuli buyut saya. Saya masih bisa
mendengar dia buru-buru mematikan komputer atau duduk bergeser. Saya hanya
tertawa saja. Ya sudah, saya cuma mau ngasih apa yang dia butuhkan, kok,
daripada saya negatif pikirannya, mending saya pulang dan menikmati santai saya
ala Squidward. Yang bikin saya ketawa miris adalah, ya Tuhan, saya jadi ingat
adik-adik saya. Temannya ngajak main, tapi dia malah ngumpet. Apa saya harus
menganggap teman saya anak kecil? Ayolah, dia sudah tidak pantas disebut ABG
lagi. Kalo memang tidak mau bertemu saya, jangan bikin suara-suara aneh yang
bikin saya curiga, hehehe. Kalau memang kehadiran saya tidak diperkenankan,.
Tinggal bilang: “Simpen aja di depan pintu entar gue ambil!”
Masih
enggak mau juga ngomong? Lempar aja sepatu ke pintu. Beres, saya tinggal
ngacir.
Ya,
saya sih tidak berpikiran negatif sama teman saya. Biarkanlah dia dengan “kesendiriannya”
karena saya pun ingin menikmati kesendirian saya. Kalau Spongebob bilang, “Kau
adalah teman terbaik yang pernah ada, Patrick. Meskipun kau bodoh,” ups, maaf,
teman saya tidak bodoh, kok, hanya Patrick.
Saya
jadi mengoreksi kembali sifat-sifat saya yang memungkinkan saya belum menjadi
dewasa seumuran saya. Bagaimana saya menghadapi orang lain, karena, ya,
disadari atau tidak, kita hidup bersama-sama dengan orang lain. Kanan, kiri,
depan, belakang, adalah sekumpulan manusia yang kamu sebut tetangga. Di kantor,
sekolah, kamu juga akan bertemu dengan orang yang berbeda. Kalau enggak mau
ketemu mereka, ya jangan bikin risih mereka. Mungkin itu yang harus saya benahi
sekarang.
tutup aurat ah, ma! |
Disukai
atau tidak oleh orang lain, tidak masalah karena setiap orang dipuji dan dicaci.
Sikap dan perilaku kita adalah kita yang melakukan. Artinya, sikap dan perilaku
kita yang sekiranya kekanakan dari umur yang sebenarnya, sebaiknya segera
perbaiki kembali, bukan, bukan maksud menasehatimu, Kawan, saya hanya sedang
bicara kepada diri saya sendiri. Jangan tersinggung, ya, apalagi mengatakan
saya munafik karena enggak bisa memegang omongan sendiri. Hehe
Sumber Foto: Google
hmph tertegun -_-
ReplyDeleteMenurut gw belum bisa dikatakan dewasa kalau masih ngaku-ngaku " nih gw uda dewasa " XD
intinya yang gw ambil dari postingan ini, gimana sikap kita menghargai sifat dan perangai orang-orang disekitar kita.. ngga selamanya kita egois dengan ingin di mengerti tanpa harus mengerti orang lain .. *maaf kalau OOT..
mending kl kita blm ngerasa dewasa sebanding dg umur kita fa. ada jg org yg ngerasa udah dewasa (biasanya tjd sama parent, teacher atau atasan) tapi kelakuannya anak2 bgt. tapi ttp mereka yg bener krn udah DEWASA... susah argument sama yg kyk gini kl mslnya mereka ada yg salah. egonya tggi bgt, apalagi sama yg dianggapnya dibawahnya
ReplyDeleteKedewasaan = Tanggung jawab
ReplyDeleteitu yg saya pikir, ga ada indikator kedewasaan seseorang yg lebih baik dibanding hal tersebut. Hal ini tentu saja saya dapatkan setelah saya melalui ukuran2 umur yg kita kenal, yaitu anak-anak, remasa, dewasa, dan tua (untungnya belum masuk yg terakhir).
Satu hal yg saya fahami adalah, meskipun usia kita bertambah, kita tetap saja sosok yg sama. titel dewasa yg dipegang karena umur pun tidak membuat saya berubah. bahkan kadang saya selalu terkesima melihat begitu banyak remaja yg berlaku lebih dewasa. dan tertawa ketika melihat orang tua yg seperti anak-anak.
Ya, indikator kedewasaan memang tidak bisa dipatok berdasarkan umur, karena kita tetap sama seperti apa adanya kita ketika remaja. hanya aja memikul tanggung jawab yg berbeda seiring bertambahnya umur.
yahaa bener yah umur itu tidak menentukan kedewasaan :)
ReplyDeletekedewasaan, kadang ada kadang ngga,,angin"an aku mah kata org.hahaha..sikap manja yg reflek aq kadang muncul karena ank bungsu aq kali yah.heehe..dewasa kdg muncul karena pelajaran hidup yg terjadi pd setiap orang.,gtu kali yah,hehe
ReplyDeleteAku setuju, umur emang gak nentuin kedewasaan diri kita:) Orang yang tua pun kadang bersikap gak dewasa, malah kadang bersikap seperti anak - anak.
ReplyDeletedewasa itu memang pilihan nah kalo tua pasti hehehe
ReplyDeletesetuju banget deh :)
ReplyDeleteyang paling penting itu sikap untuk menuju dewasa ^_^
semua manusia punya jiwa kanak2 tapi sebaiknya jangan dilebih-lebihkan...
ReplyDelete*itu dengar suara apaan dari dalam kamar? :D