Sunday 2 October 2011

Ada Apa dengan Pekerjaan Baru?


Mohon agar tidak ribut karena ada kehadiran orang lama menempati posisi baru di lini anak. please jangan ribut.

Salam,

teman-teman, kemungkinan besar bagian umum akan merenovasi lingkungan kerja kita agar terlihat lebih fresh dan gimana gituhh hahayy...


Terlampir skema tempat duduk teman-teman. Apabila yang pindah selamat beberes, yang tidak pindah spt diriku ya aman sentausa ha..ha..

Terima kasih

Sekred


Mohon agar tidak ribut karena ada kehadiran orang lama menempati posisi baru


Bagaimana menurut kalian? Baca pengumuman di e-pop yang membuat saya agak risih, ya, karena yang dimaksud orang lama menempati posisi baru adalah saya, dari message satu karyawan itu, dibalas oleh sekian orang yang penasaran siapa orang lama yang dimaksud. Saya diam saja, toh itu bukan urusan saya untuk membeberkan siapa yang dimaksud. Satu demi satu pesan terkirim ke komputer saya. Sebagian bertanya: kapan kita beberesnya? Sebagian lagi bertanya: oh, yang lama, kapan mulai kontraknya? Jabatan yang sebelumnya kemana (mungkin yang dimaksud editor yang lama)? Gak diperpanjang ya?
Hohoho …. Sudah melewati batas ini, saya pikir dunia kerja adalah dunia dimana orang-orangnya cukup luas pemahaman pendidikan dan silaturahminya. Begitupun ketika ada satu berita yang jadi simpang siur karena banyaknya “gosip” sana-sini. Saya adem ayem saja. Ketika ada orang yang menyapa saya misalnya, ketika kami duduk di kedai bakso: Syif, Yati (sebut saja nama atasan saya) gak diperpanjang kontraknya ya? Diganti sama kamu ya?
ruangan kerja akyu :p
Ini sudah kesekian kali orang yang menanyakan hal sama. “gak tau, kenapa gitu kang?” “oh, Syifa belum tau ya?” saya hanya tersenyum. “bilang amiiin gituh kamu naik jabatan” “iya kang, amiin,” saya jadi ketawa sendiri. Tentu saja saya tahu, wong ibu HRD, 2 minggu lalu manggil saya ke ruangannya buat tanda tangan kontrak karyawan. Lho? Kenapa kamu ketawa syif? Hehehe lucu aja, saya pikir ini bukan ranah yang harus diributkan dan digembar-gemborkan. Karena, hal wajar sebenarnya ketika salah satu staff berhenti dari pekerjaannya dan digantikan staff lain. Apanya yang aneh? Tidak jadi soal apakah staff yang lama melakukan kesalahan sebelum dia resign ato enggak, ini cukup buat contoh saja. Ketika salah, ya perbaiki, keliru, ya benarkan. Ini adalah konsep editor saya ketika saya dibimbing langsung oleh beliau. Plok … plok … plok ….

Selamat tinggal ruangan tercinta :*

Berantakan tapi ngangenin >.<
Sekarang adalah hari terakhir saya duduk di ruangan yang penuh buku di sana-sini. Jujur saja, saya pasti kangen ruangan ini. Meskipun berantakan karena jejalan buku-buku promosi, dan hawanya sangat gerah dan panas, tapi saya betah disini. Sendiri, dengan komputer di depan saya dan dua meja yang membuat saya nyaman. Kadang saya ditemani oleh satu dua orang staff kantor yang kebetulan sarapan dan makan siang. Hhh besok saya sudah harus pindah ruangan ke lantai 2 yang lebih terbuka. Bersama-sama karyawan lainnya. Agak malas karena saya tidak begitu suka suasana ruangannya. Di ruangan saya yang lama saya bisa duduk sesuka hati, bersila, nyanyi dan joget sendiri sambil beresin kerjaan, dan saya merasa tidak terganggu oleh siapapun kecuali jika saya ditemui editor atau asisten editor saya, >.<. Pastinya suasana ini tidak akan saya dapatkan di ruangan baru saya yang pastinya tingkat stress lebih tinggi karena …. Ya, suasana kerja dan posisi yang menurut saya menegangkan. Emangnya lagi nonton Final Destination! #pukul jidat peke spidol.
 
Frontal dan basa-basi
Saya bukan orang yang senang berbasa basi apalagi jika basa-basi itu terlalu busuk buat saya. Hahaha dalem banget. Maksud saya, ketika berhadapan dengan orang, siapapun, bersikap biasalah dan sewajarnya. Kecuali kepada orang yang sudah mengenalmu lama dan kawan akrabmu. Kata-kata terima kasih adalah kata-kata yang menunjukkan rasa senang orang lain dengan menunjukkan apresiasinya. Kemarin saya diajarin oleh asisten editor lama saya: Syif, nanti kalau dikasih buku, bilang makasih ya? (ya iyalah saya tahu kalau dikasih ya bilang terima kasih). Ternyata ada embel-embel lain. Misalnya: “terima kasih kang, bukunya. Desainnya bagus, saya suka. Terima kasih saya kebagian lagi bukunya”. Hhhmmmfff =..= itu sih bukan saya banget. Terima kasih, ya terima kasih. Dosen saya bilang: jangan berterima kasih berlebihan. Nanti kamu akan lebih berhutang budi dan akan minta diterimakasihi berlebihan juga. Nanti kamu besar kepala dan mengganggap orang yang berterima kasih kepadamu adalah orang yang gampang di depak. Eswete … segitunya pak dosen, ada benarnya juga sih, berterimakasihlah semampumu. Jujur saja, saya risih dikasih tau kayak gitu. Saya pikir bernegosiasi dengan percetakan dan memilih desain cover buku ada bagiannya masing-masing dan kita tim. Hahaha gara-gara ucapan terima kasih aja jadi masalah besar, Syif!
Intinya, saya menghargai usaha dan kerja keras semua pihak dalam pekerjaan. Toh, dengan kita tidak berterima kasih yang berlebihan, mereka akan sama menghargainya ke kita? Contoh saja, ketika saya bertanya kapan gaji saya turun kepada teman saya di bagian keuangan: Ni, (nama samaran) gaji saya kapan turun? “udeh, ditransfer tadi siang” “aseeekkk makasih ya Ni, muah muah” hahaha ini adalah gaya terima kasih saya, namun, tentu saja ini kepada teman yang sudah saya kenal lama. Tidak mungkin kan saya ber-muah-muah kepada orang di percetakan misalnya? Apalagi dia seorang alim yang agamanya kuat. =..= bisa digampar istrinya saya.
Lain lagi dengan kasus begini misalnya: saya akan meminta tandatangan dan minta editor saya mengecek desain cover dan isi. Saya merasa tidak perlu bilang: maaf ganggu kang, sebentar, punten tolong ini dicek … en bla bla bla… _ _! Memang pekerjaan editor untuk ngecek kaaannn …. Kenapa harus sesopan itu sih? Maaf ya, saya agak frontal juga orangnya. Saya langsung aja berdiri di depan mejanya dan menyerahkan cover kemudian bilang: Kang, ini dicek ya, kalo udah, tanda tangan. Makasih …. Nah, simpel kan? (Horrayyy ….)

Well, pekerjaan baru saya sudah menunggu. Sosialisasi yang baik sudah harus saya kuasai dan pandai menempatkan hubungan karib antara pekerjaan dan bukan. Teman saya misalnya, mungkin saja merasa saya agak serius ketika kerja dan santai ketika di kosan, ngobrol hal lain selain pekerjaan. Tapi, teman adalah teman, pekerjaan tetaplah pekerjaan, kita punya tanggung jawab masing-masing. Apa yang harus kita bangun bersama, apa yang harus kita gotong royong bersama.
So, doakan saya teman-teman, saya akan menempati ruangan baru dan posisi baru. Hehehe gaya! Sekarang saya lebih formal tapi tidak mengurangi kefrontalan saya (yang seharusnya saya kurangi +_+).

3 comments:

  1. wew,,, orang lama di posisi baru.. kereeen. btw ruang kerja nya rapi amat #eh

    ReplyDelete
  2. hahaha makasih ya... mas/mbak Mahasiswa Baru...
    wah nyindir nih ruangan saya rapi, tapi saya betah lho! hehehe

    ReplyDelete
  3. Selamat selamat selamat... Jangan lupakan freelancer, Bu Astor baru. Karunya nganggur berminggu-minggu (DL?) haha. Makaseeeh muah muah :D

    ReplyDelete

untuk kalian yang tidak memiliki blog, atau Google account, bisa mengomentari lewat NAME/URL
NAME bisa diisi dengan namamu, dan URL bisa diisi www.facebook.com